๐—ž๐—ฒ๐˜๐—ฒ๐—ฟ๐—ฎ๐—บ๐—ฝ๐—ถ๐—น๐—ฎ๐—ป ๐—ฏ๐—ฒ๐—น๐—ฎ ๐—ฑ๐—ถ๐—ฟ๐—ถ ๐˜†๐—ฎ๐—ป๐—ด ๐—บ๐—ฒ๐—ป๐˜‚๐—บ๐—ฏ๐˜‚๐—ต๐—ธ๐—ฎ๐—ป ๐—ท๐—ฎ๐˜๐—ถ ๐—ฑ๐—ถ๐—ฟ๐—ถ ๐—ธ๐˜‚ ๐˜†๐—ฎ๐—ป๐—ด ๐—ฝ๐—ฒ๐—ป๐—ฑ๐—ถ๐—ฎ๐—บ ๐—ถ๐—ป๐—ถ

๐—ž๐—ฒ๐˜๐—ฒ๐—ฟ๐—ฎ๐—บ๐—ฝ๐—ถ๐—น๐—ฎ๐—ป ๐—ฏ๐—ฒ๐—น๐—ฎ ๐—ฑ๐—ถ๐—ฟ๐—ถ ๐˜†๐—ฎ๐—ป๐—ด ๐—บ๐—ฒ๐—ป๐˜‚๐—บ๐—ฏ๐˜‚๐—ต๐—ธ๐—ฎ๐—ป ๐—ท๐—ฎ๐˜๐—ถ ๐—ฑ๐—ถ๐—ฟ๐—ถ ๐—ธ๐˜‚ ๐˜†๐—ฎ๐—ป๐—ด ๐—ฝ๐—ฒ๐—ป๐—ฑ๐—ถ๐—ฎ๐—บ ๐—ถ๐—ป๐—ถ

                   ๐”ผ๐•ค๐•œ๐•ฆ๐• ๐•ฅ๐•’๐•ก๐•’๐•œ ๐•ค๐•ฆ๐•”๐•š

Tak seperti biasa anak lelaki yang menendang bola dengan keras, meloncat dengan tinggi untuk memasukan bola ke dalam ring basket,  memegang bet atau pun raket untuk memulukul kembali bola kecil yang di kirimkan oleh musuh. Namun itu berbeda dengan ku, aku terlahir dengan dikelilingi rasa 'Bosan “hidup ku membosankan!!! dan tak berguna untuk orang lain bahkan sekalipun Orang tua ku” perkataan dari Nurani ku memecah lamunanku kala memandangi hujan deras di balik jendela kamar asrama ku.
Aku turun perlahan dari atas ranjang kasurku, tak lama setelah aku menginjak lantai, teman ku datang dan mengatakan “heh parasit kasur!!! Ente perasaan di kasur mulu dah, maen bola kek sono!” ujar teman ku dengan keras menusuk hati ku. Ini tak hanya sekali ini saja perkataan itu selalu ber-ulang datang masuk kedalam telinga ku. tak lama  dari 2 minggu, aku mengikuti eskul tapak suci salah satu cabang bela diri. Perguruan Tapak Suci berdiri pada tanggal 31 Juli 1963 di Kauman, Yogyakarta, Indonesia dari situlah pertama kali nya aku bertemu dengan kader sabuk biru asal banjarsari, lebak.
Firdaus dermawan.  Beliau menegaskan untuk menjadi sosol sang juara tidak lah semudah membalikan telapak tangan. Ada beberapa syarat yang perlu ditempuh bersamaan dengan tekad dan perjuangan ekstra.

“Niat yang lurus didasarkan ibadah memberikan contoh terbaik bagi keluarga dan orang lain dalam berjuang, semangat yang tak boleh padam dalam segala kondisi, saat mudah maupun sulit sangat harus tetap membara untuk mencapai tujuan, berani berkorban untuk tujuan mulia yaitu prestasi yang kita perjuangkan,”tandas ayah dua anak ini.


Aku pun terus di bimbing oleh nya. Melatih ku tendangan yang sempurna, serangan serangan dari berbagai macam jenis, dia pula yang mengajari ku seni tapak suci itu, aku memegang golok yang tajam untuk di mainkan keseniannya, tongkat rotan yang  elastis, dan alat tajam lainnya untuk menerampilkan kesenian tradisi Indonesia ini. Dan dari sinilah aku tak lagi ada omongan yang merusak mentalku ini.

Previous PostPosting Lama Beranda